Tidak sedikit orang yang sangat menyukai es krim, bukan hanya
anak-anak tetapi juga orang dewasa. Dan studi baru menunjukkan bahwa
makanan berkalori tinggi seperti es krim bisa mempengaruhi otak seperti
yang dilakukan narkoba.
Studi yang dilakukan peneliti Kyle Burger dan Eric Stice dari Oregon
Research Institute di Eugene menemukan bahwa sering makan es krim akan
membuat otak menginginkannya lebih banyak lagi, karena dikirim sebagai
sinyal perlakuan yang menyenangkan.
Dalam studi tersebut, peneliti menyurvei 151 remaja tentang kebiasaan
craving (mengidam) makanan dan kemudian memindai (scan) otak, sambil
menunjukkan gambar milkshake cokelat untuk menentukan seberapa kuat
keinginan responden.
Peneliti juga mengukur aktivitas otak ketika responden minum cairan
tawar sebagai pembanding. Remaja itu kemudian diberi milkshake yang
sebenarnya.
Responden yang dilaporkan makan lebih banyak es krim dalam 2 minggu
sebelumnya ternyata kurang menikmati milkshake, setidaknya menurut hasil
scan otak. Hasil scan menunjukkan kurangnya aktivitas di daerah otak
yang berhubungan dengan reward (perasaan imbalan).
“Kami percaya bahwa individu yang mengonsumsi makanan tinggi lemak,
tinggi gula dan tinggi energi, mereka akan mengembangkan toleransi yang
sama dengan yang terjadi pada orang yang kecanduan oba-obatan terlarang
dan alkohol,” jelas Kyle Burger, peneliti dari Oregon Research Institute
di Eugene, seperti dilansir ABC News, Senin (27/2/2012).
Semua remaja dalam studi memiliki berat badan yang sehat, dan Burger
mengatakan bahwa perubahan di otak terjadi sebelum adanya obesitas
(kegemukan).
Selain itu, perubahan pada aktivitas otak juga hanya terlihat pada es
krim, bukan pada makanan tidak sehat lainnya seperti hamburger, kentang
goreng dan cokelat, tapi peneliti belum mengetahui penyebabnya.
Namun meski dampak dari es krim terjadi di pusat reward otak yang
tampak meniru efek dari narkoba, Burger menekankan bahwa studi ini tidak
menunjukkan bahwa es krim menyebabkan kecanduan. Gagasan itu adalah
satu yang kontroversial.
“Saya rasa es krim seperti penggunaan narkoba dalam hal ini dapat
menjadi reward yang kuat bagi sebagian orang. Tapi, tidak semua
penghargaan atau reward yang kuat adalak adiktif,” kata Dr John Hughes,
profesor psikiatri di University of Vermont di Burlington.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar